Disebuah desa yang begitu jauh dari perkotaan, hiduplah seorang pria tua bernama pak hamid, kesehariannya adalah bercocok tanam. pak hamid dengan cangkul dan caping yang menempel di atas kepala. Pagi ini ia siap untuk berangkat ke ladang dengan mengayunkan sepeda ontelnya.
Angin sejuk diiringi irama lantunan music yang pak hamid dendangkan, dalam perjalanan pak hamid banyak bertemu dengan warga sekitar, khususnya para petani yang juga akan pergi ke ladangnya.
“pak hamid, kelihatannya semangat sekali” sapa salah satu warga yang usainya jauh lebih mudah dari pak hamid
“woo iyooo harus toh….., selama allah masih ngasih kita kehidupan di dunia, yaa harus dimanfaatkan sebaik mungkin toh” jawab pak hamid pada pemuda itu
“oooo inggih inggih pak” ucap pemuda itu
Selain bekerja di ladang, Ketika malam hari pak hamid juga suka mengumpulkan kayu dan juga barang-barang bekas yang sudah tidak digunakan. Kayu yang pak hamid kumpulkan akan diolah menjadi barang yang dibutuhkan oleh orang lain seperti kursi roda untuk orang yang membutuhkannya, sama halnya dengan barang bekas, pak hamid akan mengolahnya menjadi barang baru seperti sandal atau yang lainnya.
Barang-barang yang pak hamid olah akan beliau berikana di setiap depan rumah warga pada saat malam hari, tujuannya agar warga yang membutuhkan barang tersebut merasa senang karena terpenuhi.
Pagi harinya seorang anak kecil membuka pintu rumahnya dan menemukan sebuah kursi roda didepan rumahnya “ibu, ibu lihat ada kursi roda di depan rumah!” dia sangat senang karena selama ini hanya sebatas tongkat yang membantunya untuk berjalan.
Pak hamid yang mendengarkan teriakan anak kecil tersebut merasa senang dan lega Ketika ada seseorang yang merasa hidupnya kembali berwarna.
“ayo ayo pulang, katanya bakal ada badai”
“iya iya ayo gausah ke ladang, hari ini kita libur dulu ya”
Orang-orang pada lari terbirit-birit, terkecuali pak hamid, ia merenung sambil memandang langit yang memang betul, awan lagi beradu satu sama lain.
“bayyuuuh gelap banget, Alamat banjir ini nantik” ucap pak hamid.
Tak lama kemudian hujan turun, air mulai naik keatas, selokan-selokan tidak bisa meloloskan air dengan volume yang begitu besar.
Hujan tidak kunjung reda, kini desa terendam dengan air hujan, masuk kedalam rumah warga. Hingga pada akhrinya beberapa warga turun tangan membantu werga sekitar, termasuk pak hamid, meski sudah tua tapi pak hamid tidak pernah mempermasalhkan usianya, dia begitu terlihat sehat dan baik-baik saja.
Kini warga sudah di alihkan ke tempat evakuasi, dan bersyukur tidak ada warga satu pun yang terluka, hanya saja Sebagian barang mereka yang ada di dalam rumag tidak bisa diamankan.
Setelah aksi penyelamatan, beberapa warga yang sudah turun tangan mendapat intruksi untuk segera merapat dan berkumpul Bersama warga sekitar, kecuali pak hamid, ia memilih untuk langsung pulang ke rumah, karena ia sudah tau tujuan mereka diumpulkan, akan tetapi pak hamid tidak mengharpkan pujian atau imbalan apapun atas aksi tolong menolongkan pada warga saat itu.
“loh pak hamid kemana?” tanya salah Wanita
“gak tau ya, tadi Bersama saya, tapi kok sekarang tidak ada” ucap salah seorang pria yang sedari tadi berada di samping pak hamid
“tadi saya melihat pak hamid jalan kearah rumahnya” sahut tetangga pak hamid
“ya sudah kita ke rumahnya saja, bagaimanapun, pak hamid juga berjasa buat kita semua”
Akhir semua warga rombongan untuk mendapatngi rumah pak hamid.
Pesan moral:yang bisa disebut sebagai pahlawan itu bukan hanya orsng yang berperan dalam medan perang, akan tetapi manusia yang memanusiakan manusia juga bisa dianggap sebagai pahlawan.
Penulis : Dinar San Krishnina
Seru untukndibaca